Jumat, 03 Februari 2017



TUJUAN DAN PENGARUH IBADAH BAGI SESEORANG
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Peribadatan Islam

Dosen Pengampu:
H. Abd Rouf, M.Pd.I
Disusun Oleh : 
Saidatul  Aliyah                      C93214097
PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
HUKUM PIDANA ISLAM (HPI) C
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
            Allah menciptakan makhluk hidup dengan tujuan satu yaitu beribadah kepada-Nya. Makhluk hidup itu termasuk juga manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT paling sempurna diantar makhluk-makhluk yang lain. Oleh karena itu kita sebagai manusia, maka harus bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan dengan sesempurna ini. Pertanyaan yang sering dijumpai adalah “bagaimana cara kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah dilimpahkan kepada kita?”. Hal yang simple untuk dijawab, yaitu dengan beribadah setaat mungkin kepada Allah.
            Sesungguhnya banyak manusia yang tidak mengerti hakikat dan tujuan ibadah itu sendiri. Selain itu banyak dari meraka yang menyepelehkan tentang ibadah dan akibatnya. Padahal dalam nyatanya, ibadah sangatlah penting bagi dirinya sendiri. Dan tidak ada yang dapat mengambil hasil baiknya kecuali dirinya sendiri. Tetapi meski seperti itu, tetap saja banyak yang masih dengan santainya meninggalkan ibadah.
            Ketidak pengertian seseorang dalam ibadah itulah yang menjadi alasan mereka banyak yang tidak menjalankan ibadah. Didalam makalah inilah akan diungkap secara gamblah tentang hakikat, tujuan, dan pengaruh ibadah bagi seseorang. Sehingga siapapun yang membaca makalah ini dapat mengerti arti ibadah yang sesungguhnya dan akan melaksanakannya.
1.2. Rumusan Masalah
1.      Apa hakikat dari ibadah?
2.      Apa tujuan dari ibadah seseorang?
3.      Apa pengaruh ibadah bagi seseorang?
1.3. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui hakika ibadah
2.      Untuk mengetahui tujuan ibadah seseorang
3.      Untuk mengetahui pengaruh ibadah bagi seseorang
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Ibadah
Dalam Mukhtarus-Shihhah, disebutkan bahwa ibadah berasal dari kata al-‘ubuudiyah yang berarti tunduk atau merendah. Sedangkan al-ibaadah artinya taat atau patuh. Dengan pendapat yang berbeda, dalam ungkapan Fadkhulii fii ‘ibadii, kata ‘ibadii disini mempunyai arti golongan. Dan kata tersebut ditujukan kepada arti baru yaitu penghambaan atau pengabdian. Yang dimaksudkan adalah menghambakan atau mengabdikan diri kepada Allah SWT.[1]
Pernyataan diatas sejalan dengan apa yang telah ada didalam Al-Qur’an yang terdapat dalam Q.S. Ad-Dzariat: 56 yang berbunyi :
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Al-Ustadz Abul A’la Al-Maududi berpendapat, dlaam mengulas kata ‘abada dari segi pemakaian bahasa dengan pengertian ‘ibadah yang asasi adalah rasa tunduk seseorang kepada orang lain karena kebesaran dan kegagahannya, kemudian ia membatasi kemerdekaan dan kebebasan dirinya, serta patuh secara mutlak kepadanya. Dan inilah hakikat ibadah yang sesungguhnya yaitu patuh kepada tuannya dan mengikuti segala perintahnya, jadi harus diiringi dengan pengertian tunduk.
Menurut hukum Islam, ibadah dibagi dalam dua bentuk.[2] Bentuk pertama adalah ibadah dalam pengertian yang luas. Sikap dan tindakan manusia ditujukan tunduk kepada Allah. Boleh jadi manusia berhubungan dengan sesama manusia, namun tetap dimaksudkan sebagai ibadah kepada Allah SWT.[3]Seseorang yang bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang halah dapat dikatakan beribadah kepada Allah dalam pengertian luas.
Sedangkan ibadah dalam arti sempit yaitu dalam hukum Islam menunjuk kepada sebuah ritual sebagai ibadah. Dan perbuatan ini murni ditujukan hanya untuk Allah SWT. Dan jika ada yang tidak bertujuan karena Allah semata, maka akan merusak sebuah nilai ibadah dan akan dapat menjurumuskan manusia kepada hal kemusyrikan.
Namun disini tidak hanya sekedar dengan kata mengikuti segala yang diperintahkan dan menyerah diri saja. Tetapi harus juga mempercayai atas keagungan dan mengakui kebesaran kekuasaannya, dan hatinya penuh dengan rasa syukur atas karunia dan nikmat yang telah diterimanya. Maka dalam hal seperti itulah dapat dikatakan bahwa telah mencapai tingkat pemujaan dan pengabdian yang sebenarnya. Dan adapun ayat dalam Al-Qur’an yang menjamin manusia jika menyerahkan dirinya dengan ikhlas kepada Allah yang terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah : 112 yang berbunyi :
4n?t/ ô`tB zNn=ór& ¼çmygô_ur ¬! uqèdur Ö`Å¡øtèC ÿ¼ã&s#sù ¼çnãô_r& yYÏã ¾ÏmÎn/u Ÿwur ì$öqyz öNÎgøŠn=tæ Ÿwur öNèd tbqçRtøts ÇÊÊËÈ  
Artinya : (tidak demikian) bahkan Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Jadi dari beberapa pendapat yang ada, dapat disimpulkan bahwa ibadah adalah mengikuti perintah sepenuhnya, tunduk dengan sempurna, dan patuh secara mutlak. Dan perlu diketahui bahwa ibadah bukan hanya dalam bentuk shalat lima waktu. Karena tidak sedikit yang beranggapan bahwa ibadah adalah hanya dalam bentuk shalat lima waktu. Namun ibadah juga meliputi tentang thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji.

2.2. Tujuan Ibadah Seseorang
Pertanyaan yang sering didengar yaitu “untuk apa sih ibadah itu?”. inilah tujuan ibadah sebenarnya, yaitu :[4]
1.      Menjadi kekasih Allah SWT
Jika membahas tentang kekasih, maka dimana seseorang mengutamakan seseorang lain untuk menjadi segalanya dan akan selal diingat dalam keadaan apapun, dimanapun, dan kapanpun. Sebagaimana ketika kita ingin menjadi kekasih Allah maka terlebih dahulu harus mengingat-Nya baru kemudian Allah akan menjadikan kita sebagai kekasihnya. Dan adapun firman Allah yang menerangkan pada Q.S. Thaha : 14 dan 183 yang berbunyi :
ûÓÍ_¯RÎ) $tRr& ª!$# Iw tm»s9Î) HwÎ) O$tRr& ÎTôç6ôã$$sù ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ü̍ò2Ï%Î! ÇÊÍÈ  
Artinya : Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.
2.      Santapan rohani
Sesungguhnya hati manusia selalu merasakan butuh dan tergantung pada Allah SWT. Dan hal ini memang benar adanya, di dunia ini tidak ada yang mampu mengisi kekosongannya melainkan hbungan baik dengan Allah yang menciptakan dan mengatur seluruh jagat raya ini.
Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa “hati itu sendiri sebenarnya butuh kepada Allah dilihat dari dua jurusan : dari segi ibadah dan segi permintaan pertolongan dan tawakkal. Maka hati tidak akan menjadi beres, merasa senang, gembira, enak, baik, tenang, dan tenteram, melainkan dengan beribadah kepada Tuhannya tempat bermuaranya.
Kalaupun sebuah kesenangan dapat dicapai dari seorang makhluk, namun tidak bisa dipungkiri dan tidak akan merasa tenang dan tentram. Karena dalam relung hati yang paling dalam hanyalah Allah tempat kembali dan tempat bergantung. Dan perasaan inilah yang dinamakan dengan fitri.
3.      Pengabdian kepada Allah adalah jalan menuju kebebasan
Mengabdi dengan seluruh hati adalah cara untuk beribadah yang sangat sempurna. Dan yang dimaksudkan dengan jalan menuju kebebasan ini bukan menjadi manusia yang bebas dalam berkehendak dan bertingkah dimanapun berada. Namun yang dimaksud dengan kebebasan adalah bebasnya jia dan raga seseorang dari perbudakan syaitan dan hawa nafsu yang mana dikuasai oleh semuanya oleh syaitan.
Sehingga ketika jiwa dan raga terbebas dari segala perbudakan syaitan, maka secara otomatis hati akan mencapai sebuah ketenangan dan ketentraman.
4.      Menjernihkan dan mendidik jiwa
Manusia dalam hidup di dunia ini hanya untuk mempersiapkan diri untuk kehidupan yang abadi yakni di akhirat. Dan disinilah manusia dijadikan khalifah untuk bersiap-siap dan menjernihkan diri untuk kehidupan yang lebih abadi. Sedangkan tidak ada sarana yang pas dalam menjernihkan diri manusia dari segala hal selain ibadah dengan niat tulus karena Allah SWT.
Sesungguhnya tujuan adanya agama di dunia ini dengan segala kepercayaan dan peribdatannya adalah untuk mendidik hati dan memperbaiki jiwa serta memperhalus budi. Ketika manusia telah menlakukan semua perbaikan diri tersebut, maka akan dengan senantiasa menjaga jiwa dan raganya dari perbuatan yang dilarang oleh agama. Dan manusia yang seperti inilah yang akan menjadi insan yang mulia dimata Allah.
Dalam menjernihkan dan mendidik jiwa, ada pula unsur didalamnya yang menjadi tujuan utama yaitu supaya menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah : 21 yang berbunyi :
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Y9$# (#rßç6ôã$# ãNä3­/u Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇËÊÈ  
Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
$ygƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6øn=tæ ãP$uÅ_Á9$# $yJx. |=ÏGä. n?tã šúïÏ%©!$# `ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇÊÑÌÈ  
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

2.3. Pengaruh Ibadah Terhadap Seseorang
Pengaruh dapat dikatakan sebagai hikmah atau dampak dari apa yang telah dilakukan. Dan pengaruh ibadah bagi seseorang adalah :
a)      Kebahagiaan dan kesenangan hidup yang hakiki di dunia dan di akhirat
b)      Kemudahan semua urusan dan jalan keluar/solusi dari semua masalah dan kesulitan yang dihadapi. Yang artinya bahwa Allah akan meringankan dan memudahkan semua urusannya serta memberikan bagunya jalan keluar atau solusi yang segera untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.[5] Sebagaimana dalam firman Allah dala Q.S. At-Thalaq : 4
4 `tBur È,­Gtƒ ©!$# @yèøgs ¼ã&©! ô`ÏB ¾Ín͐öDr& #ZŽô£ç ÇÍÈ  
Artinya : …dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.
c)      Penjagaan dan taufik dari Allah
d)     Kemanisan dan kelezatan iman, yang merupakan tanda kesempurnaan iman
Keteguhan iman dan ketegaran dalam berpegang teguh dengan agama Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ibrahim : 27 yang berbunyi : àMÎm6sVムª!$# šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ÉAöqs)ø9$$Î/ ÏMÎ/$¨V9$# Îû Ío4quŠptø:$# $u÷R9$# Îûur ÍotÅzFy$# ( @ÅÒãƒur ª!$# šúüÏJÎ=»©à9$# 4 ã@yèøÿtƒur ª!$# $tB âä!$t±tƒ ÇËÐÈ  
Artinya : Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu[788] dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Menurut hukum Islam, ibadah dibagi dalam dua bentuk. Bentuk pertama adalah ibadah dalam pengertian yang luas. Sikap dan tindakan manusia ditujukan tunduk kepada Allah. Boleh jadi manusia berhubungan dengan sesama manusia, namun tetap dimaksudkan sebagai ibadah kepada Allah SWT. Sedangkan ibadah dalam arti sempit yaitu dalam hukum Islam menunjuk kepada sebuah ritual sebagai ibadah. Dan perbuatan ini murni ditujukan hanya untuk Allah SWT.
Tujuan ibadah bagi seseorang :
5.      Menjadi kekasih Allah SWT
6.      Santapan rohani
7.      Pengabdian kepada Allah adalah jalan menuju kebebasan
8.      Menjernihkan dan mendidik jiwa
Pengaruh ibadah terhadap seseorang :
e)      Kebahagiaan dan kesenangan hidup yang hakiki di dunia dan di akhirat
f)       Kemudahan semua urusan dan jalan keluar/solusi dari semua masalah dan kesulitan yang dihadapi.
g)      Penjagaan dan taufik dari Allah
h)      Kemanisan dan kelezatan iman, yang merupakan tanda kesempurnaan iman

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qardlawi, Yusuf, Ibadah dalam Islam, (Surabaya: PT.Bina Ilmu,2001)
UINSA, Tim Reviewer MKD 2014, Studi Hukum Islam, (Surabaya: UIN Sunan          Ampel Press, 2014)
Tafsir Ibnu Katsir 4/489




[1] Yusuf Al-Qardlawi, Ibadah dalam Islam, (Surabaya: PT.Bina Ilmu,2001)35
[2] Tim Reviewer MKD 2014 UINSA, Studi Hukum Islam, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014)37
[3] Ibid
[4] Op.cit, 166
[5] Tafsir Ibnu Katsir 4/489

Tidak ada komentar:

Posting Komentar